About Me
Name: dee
Home: Bandung 1/2 Jakarta, Jawa Barat, Indonesia
About Me: Simple.. Easy going.. but a li'll bit moody sometimes
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Name :
Web URL :
Message :

Links
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Friday, May 19, 2006  
 
 
Bebas dari Keterkutuban
Jalanraya adalah fasilitas umum, milik bersama, bukan milik perseorangan atau sekelompok orang tertentu. Kita bisa lalu-lalang, bisa memanfaatkan dan menikmati pelayanannya guna mencapai tempat tujuan tertentu tanpa harus memilikinya, atau sekedar 'merasa' memilikinya sekalipun. Kita jelas bukan milik dari jalanraya ataupun ruas-ruas jalan yang kita lalui itu bukan? Jalan untuk dilalui, dilintasi dalam perjalanan ke tujuan, bukan untuk dimiliki pun menjadi milik dari jalan itu.

Demikian juga agama-agama maupun kepercayaan-kepercayaan di dunia ini. Mereka bukan milik siapa-siapa, dan juga bukan hendak memiliki siapapun untuk dipsihkan dengan yang lainnya, disekap dalam bilik-bilik sumpek yang setiap saat siap dikonfrontasikan satu dengan yang lainnya. Anda boleh saja menjadi pengikut, penganut dari salah-satunya, namun itu bukan berarti bahwa Anda memilikinya atau sebaliknya Anda menjadi miliknya. Kalaupun mau dikatakan, setiap dari kita adalah milik semua, milik umat manusia. Kita bukan milik agama atau kepercayaan tertentu, ras ataupun etnis tertentu, budaya ataupun tradisi tertentu. Manusia buta, ambisius, egois dan serakahlah yang telah menjadikan keutuhan umat manusia terpecah-belah dalam fragmen-fragmen kecil, rapuh, labil dan amat rawan konflik. Sayangnya, justru disinilah umumnya kebanyakan dari kita terjebak. Banyak di antara kita yang merasa memiliki agama atau kepercayaan yang dianutnya dan atau secara bersamaan juga merasa menjadi milik dari agama atau kepercayaan itu.

Kemunculan fanatisme dan sikap-sikap militan, yang agresif dan hegemonistik di satu kutub, dan penolakan terhadap serta pelepasan-diri dari salah-satu organisasi religius atau kepercayaan tertentu, ataupun sepenuhnya keluar dari segala bentuk organisasi sejenis pada kutub lainnya, menjadi seakan-akan tak terhindari, suatu keharusan. Kesumpekan ini terbukti telah, sedang dan entah hingga kapan akan terus menimbulkan banyak masalah, beraneka konflik —besar dan kecil— di hadapan Bunda Bumi ini.

Akan tetapi, bila kita bisa memandang, untuk kemudian memposisikan agama ataupun kepercayaan bukan sebagai 'milik-ku' ataupun yang 'memiliki-ku', maka kitapun akan dengan sendirinya terbebas dari keterkutuban itu, dari polarisasi itu. Dan sangat boleh jadi ini akan lebih mungkin kita untuk berkontribusi secara lebih positif, lebih berdaya-guna bagi ketenteraman, kedamaian dan perdamaian umat manusia di dunia.
posted by dee @ 8:19 AM  
2 Comments:
  • At 3:41 PM, Anonymous Anonymous said…

    Tidak ada manusia yang terbebas dari 'kutub-kutub' sampai eksistensinya lenyap, karena manusia sendiri adalah pusat dari kutub. kutub ada dan kutub ketiadaan.

     
  • At 10:45 AM, Anonymous Anonymous said…

    bahkan seorang yang netral juga telah memilih kutubnya sendiri: kutub tidak memihak.

     
Post a Comment
<< Home