About Me
Name: dee
Home: Bandung 1/2 Jakarta, Jawa Barat, Indonesia
About Me: Simple.. Easy going.. but a li'll bit moody sometimes
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Name :
Web URL :
Message :

Links
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Friday, April 21, 2006  
 
 
tentang Wanita dan R.A Kartini
Sudah sejauh mana sih realisasi dari perjuangan yang dirintis RA kartini saat ini?..

Kalau mendapat pertanyaan semacam ini, setiap orang pasti ramai-ramai unjuk gigi, terutama wanita, termasuk aku.. (hee..hee..).

Adanya kaum wanita yang menduduki deretan dewan direksi, hadirnya tulisan menarik dari tangan seorang Dewi Lestari, Berdirinya 'sekolah kolong' dibawah asuhan Ibu Kembar, Serta empat orang wanita hebat yang duduk dengan elok di kursi majelis adalah bukti nyata keberhasilan perjuangan RA kartini bagi kaum wanita saat ini.

Haruskah kita berbangga hati?.. yak, tentu saja. Merombak pandangan kalau seorang wanita hanya pantas berdiam diri dirumah, berujung tujuan dapur dan tempat tidur. Mengangkat sedikit derajatnya hingga berada sejajar dengan kaum adam. Merupakan prestasi yang patut dan amat sangat di banggakan dari hasil perjuangan seorang Kartini. Yang sampai hari ini kita kenal dengan Emansipasi.

Hanya saja orang sering salah mengerti akan pengertian Emansipasi, sehingga jika harus membahas hal ini seringkali menimbulkan perdebatan sengit yang tanpa akhir. Hal ini disebabkan adanya pengertian emansipasi yang tanpa batas, kebebasan meletakan derajat (Jika aku boleh bilang) diatas rata-rata, yang terkadang bertabrakan dengan ego pria yang tetap berkehendak bahwa mereka adalah 'sang-pemimpin'.

Idealnya memang seperti itu, seorang pria adalah pemimpin (setidaknya dalam keluarga), tapi bukan berarti keberadaan wanita selalu ada dibawahnya, menjadi pengikut yang selalu saja menuruti kehendak 'pemimpin' mereka. Aku coba mengutip sekilas lagu dari Ada Band.. "Karena wanita ingin dimengerti..." ya, seperti itulah adanya, setiap wanita juga ingin dimengerti bahwa mereka punya pendapat sendiri, wawasan yang tak kalah luas, sekaligus sensitifitas tersendiri yang tak dimiliki oleh kaum pria. Dan hargailah semua itu.. karena terlepas dari perbedaan gender, kita semua toh hanyalah sebuah makhluk yang bernama Manusia yang memiliki derajat yang sama dimata sang-Khalik.

Tapi tetap saja, keberadaan emansipasi dewasa ini tetap tak perlu menjadikan wanita besar kepala, kita semua harus tahu porsi masing-masing (you know what I mean). Dalam Karier, oke lha.. kalau derajat wanita bisa disejajarkan atau mungkin diatas pria, tapi dalam rumah tangga jangan biarkan hal ini terjadi (itu pun jika kita ingin rumah tangga kita tetap utuh. kekekekk...). Walau bagai mana pun yang lebih berperan disini adalah para kaum adam. Tapi jangan salah, seorang wanita dalam sebuah keluarga, adalah 'Aktor dibalik layar'. Merekalah yang menentukkan masa depan sebuah keluarga. Sehingga ada pepatah "Dibelakang seorang pria hebat pasti terdapat seorang wanita yang super hebat". See?!... Dari sini aku mencoba menarik kesimpulan kecil dengan cara berfikirku yang juga sempit, bahwa perjuangan Kartini adalah.. Memperjuangkan Hak tanpa mengesampingkan kewajiban sebagai seorang wanita. Silahkan di koreksi bila aku salah.



Tapi ada satu hal yang tak boleh terlewat... Wanita karier bukan berarti haram masuk dapur.. Toh, RA Kartini juga tak pernah memperjuangkan hal itu bukan??.. hee... hee...
posted by dee @ 9:50 AM  
2 Comments:
  • At 3:29 PM, Anonymous Anonymous said…

    Dulu kan wanita itu dikenal dengan beberapa '..Ur" sebagai tempatnya. Yaitu dapur, kasur dan sumur *ada lagi, tapi gw lupa*
    Kasar sekali dan rendah kan kesannya. Thats what Kartini's fighting for.
    Menurut gw, Kartini ber'perang' agar wanita juga mendapatkan haknya. Dan bukan untuk bersaing dengan pria.
    Dia ingin wanita bisa sekolah layaknya pria. Dia ingin wanita bisa menentukan pilihan hidupnya, dengan siapa dia akan menikah, bisa menolak poligami, sesuatu yang dulu wanita sama sekali tak berhak, jangankan untuk bertindak, bersuara pun tak boleh! Wanita harus nurut apa kata pria. Itulah waktu itu. Wanita harus dipingit setelah 12 tahun dan harus menunggu laki2 yang akan melamarnya.
    Itulah wanita dulu. Itulah yang diperjuangkan Kartini.
    Dia hanya menuntut wanita agar diberikan haknya, agar wanita boleh berbicara, agar wanita bisa menyiapkan diri sebelum menikah.
    Kartini tak hendak bersaing dengan pria. Kartini hanya ingin memperjuangkan hak2 wanita secara benar.
    Sayang, emansipasi yang dibawanya itu sekarang banyak mengalami pergeseran paradigma.

     
  • At 8:30 AM, Blogger dee said…

    watta smart comment..

     
Post a Comment
<< Home