Pernah mendengar istilah ini?.. kaum Q.. atau Waria.. atau Wanita yang terjebak dalam tubuh pria.. yang lebih tak berperasaan malah mengatai mereka Bencong atau banci.
Apa yang terlintas di pikiran kita bila mendengar tentang kaum mereka?.. Beberapa orang menjauh dan bepura-pura tak mau mendengar, beberapa diantaranya lagi memicingkan mata, dan sisa nya terbahak-bahak karena mengangkap sebuah guyon transeksual.
Tapi apakah ada yang pernah mencoba untuk melihat lebih dekat?.. menyelami kehidupan mereka, mencari-cari alasan sesungguhnya, menguak tabir yang menyelimuti keanggunan sifat seorang laki-laki.. ada?!... pasti jarang. Alasannya karena takut terjerumus, atau yang lebih kejam lagi komentar semacam ini "Buat apa?.. kaya ngga ada kerjaan aja...?!".. mau tahu untuk apa?.. untuk melihat kehidupan dari kaca mata mereka, sehingga kita bisa lebih berperasaan jika menghadapi mereka, bahkan jika memungkinkan.. kita bisa menolong mereka keluar dari lembah itu.
Aku bukan aktivis kaum ini, aku juga tidak membenarkan keberadaan kaum ini. Karena dari jaman kenabian-pun kaum sodom dan gomorah memang telah dilaknat keberadaannya. Namun siapa kah aku jika harus men-judge mereka dan memperlakukan mereka dengan tidak adil?!. Tidak, aku bukan seorang hakim yang harus menentukan perbuatan mereka bersalah atau tidak. Aku juga bukan Tuhan yang mengecap mereka akan masuk neraka atau surga atas apa yang dilakukannya. Tapi aku pun tidak membenarkan perlakuan para aparat ketika men-swiping mereka, yang lalu menggeretnya ke dalam truck dengan cara melempar atau melakukan pelecehan lain, setelah itu mereka jadi bahan tertawaan. Don't do that, Sir... please.. they're a human being..
Aku pernah menyaksikan sebuah siaran televisi yang mengangkat tema seorang waria yang bekerja sebagai kuli bangunan. Ya Tuhan.. dari sini baru kita menyadari bahwa hidup terasa tidak adil bagi sebagian besar orang di bumi ini. Betapa menyedihkan saat tangis mereka tak terdengar dan lagi-lagi hanya menjadi lelucon hidup bagi mereka yang melihat dengan sebelah mata. Masihkah kita punya mata hati?...
Ada juga seorang sahabat yang terjebak dalam penderitaan ini. Ia tak sanggup lagi menghadapi kenyataan hidup. Tapi juga merasa tak berhak mengakhiri hidup yang semata-mata merupakan karunia terbesar dari-Nya. Dan akhirnya ia bangkit, namun orang-orang di sekitarnya tetap menganggapnya sebagai wabah yang harus diberantas, bukan.. bukan sebagai manusia yang harus di tolong.
Berbagai penelitian dilakukan guna menginvestigasi kaum ini. Ada yang mengangkat dari segi pergaulan. Ada juga yang menyalahkan sudut genetika. Pentingkah semua ini?.. Dengan begini apakah mereka dapat kembali normal?.. tidak akan menjadi bulan-bulanan lagi?.. dan siapa yang berani menjamin?...
Jika kita melihat lebih dalam ke arah binar bola mata itu... didalam sana akan ada sebuah isakan tangis.. mereka akan berbisik.. "kami juga manusia.. tolong diperlakukan sebagai manusia.." Dan.. lihatlah lebih dekat.. mereka juga manusia..
Ada sebab, ada akibat. Emang ke'gitu hidup. Selalu aja ada ketidak adilan. Orang emang lebih sering mukul rata melihat gimana yang mayoritas. Dan gimana yang mayoritas, itulah yang sering dijadikan acuan.
Ada sebab, ada akibat. Emang ke'gitu hidup. Selalu aja ada ketidak adilan.
Orang emang lebih sering mukul rata melihat gimana yang mayoritas. Dan gimana yang mayoritas, itulah yang sering dijadikan acuan.