About Me
Name: dee
Home: Bandung 1/2 Jakarta, Jawa Barat, Indonesia
About Me: Simple.. Easy going.. but a li'll bit moody sometimes
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Name :
Web URL :
Message :

Links
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Friday, November 10, 2006  
 
 
istilah dan keprihatinan moral
Ide ini datang dari sebuah chatt kemarin sore. Hee.. hee.. sorry yak wir.. ide loe gwa curi.. hope you don't mind.. soalnya suru syapah loe jadi bikin gwa terinspirasi wat nulis sesuatu tentang ini.. hee... hee...

ok.. to the point saja. Semuanya berawal dari kekhawatiran seorang masyarakat tentang istilah "Jablay" yang akhir-akhir ini sering digunakan secara bebas oleh semua kalangan tanpa melihat situasi yang sedang berlangsung. Padahal seperti yang kita ketahui. Istilah yang satu ini berkonotasi negatif. Tapi karena terpopulerkan oleh sebuah soundtrack dari sebuah film layar lebar, akhirnya istilah ini menjadi semakin 'membumi'. Satu hal yang membuat ku mengerutkan kening. Kata-kata ini kudengar tadi pagi saat hendak berangkat kerja. "Yuukk ah... mo nge-Jablay dulu". Pamit seorang perempuan sambil terkekeh. Aku tahu, ia bermaksud bercanda karena jelas-jelas pagi tadi ia hendak pergi ke kantor nya.

Dari sini aku mulai berfikir.. penyakit apakah ini?.. Apakah ini kemerosotan moral?.. apakah masyarakat kita sudah tidak lagi bisa membedakan mana yg dianggap pantas atau tidaknya untuk diucapkan. Dalam situasi tertentu mungkin ok-ok saja.. tapi jika sebuah kata yg berkonotasi negatif diucapkan di depan umum dengan lantang.. dan tanpa rasa malu sedikitpun... dan yang lebih memprihatinkan lagi kata ini turut pula diucapkan oleh anak-anak kecil yang berlarian dengan riang sambil berteriak "hey... jablay.. tunggu-in donk..!!". OMG.. tidakkah ini membuat kening kalian berkerut??...

Jika sudah begini, pantas kah kita menunjuk siapa yang patut disalahkan?.. apakah orang tua yang tak sanggup mendidik mulut si anak?.. apakah media yang sudah berani menyebarkan hal yang sebenarnya tak patut disebarkan?.. owh.. C'mon, don't be to naive.. mereka adalah para pelaku bisnis.. yang ada di kepala mereka hanyalah cara semaksimal mungkin untuk menarik keuntungan. Mana pernah mereka berfikir soal moral?...

Humm... ok.. kalau begitu semuanya kembali ke pribadi masing-masing, right?! (selalu seperti itu.. cuiiihh..!!). Yeah.. jika setiap pribadi memiliki 'kepekaan' sich tidak jadi soal. Masalahnya tidak semua orang dibentuk untuk memiliki pribadi yang memiliki filter sosial. Dan pada akhirnya inilah yang terjadi.. sebuah moral yang memprihatinkan...

"lay... lay.. lay.. panggil aku si Jablay..." (Coba katakan hal ini pada diri sendiri yaa... haaa... haa... haa...)

Ps : Thanks for the idea, Mr. DJ.. :)
posted by dee @ 10:49 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home